Hingga kini, tren lato-lato slot masih marak dikalangan anak-anak bahkan orang dewasa.
Mainan ini sebelumnya telah dimainkan sejak periode 1960 an.
Lato-lato sendiri, merupakan mainan tradisional yang terdiri dari sepasang bola plastik atau karet yang terikat tali, sehingga membentuk bandulan.
Digandrungi berbagai kalangan, tentunya, hal ini membawa berkah tersendiri bagi pedagang mainan yang turut menjual lato-lato.
Salah satu pedagang tersebut adalah Afriyenti (41), warga Gurun Bagan gacor Kelurahan VI Suku Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok.
Dalam kesehariannya, ibu empat orang anak ini menjual berbagai jenis mainan anak di Taman Syekh Kukut Kota Solok mulai dari harga Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu.
“Saya jualan mainan anak dengan berbagai jenis, mulai dari balon, poplight, hingga kini yang lagi marak lato-lato slot” katanya kepada Infosumbar.net pada Sabtu (21/1/2023).
Menjual lato-lato slot baru dimulai Yenti, semenjak pertengahan Desember 2022.
“Sebelumnya saya tidak jual lato-lato slot. Saat marak dan dicari, barulah saya turut menjualnya,” sebutnya.
Oleh karena itu, saat lato-lato slot sedang digemarinya oleh masyarakat, dalam satu hari ia bisa menjual hingga 25-30 buah lato-lato.
Dimana, hal ini menambah penghasilannya sebagai pedagang mainan yang terkadang sering tak menentu.
“Omset saya bisa sampai Rp 300 ribu. Itu baru dari lato-lato belum mainan lain,” terangnya.
Harga satuan lato-lato slot dijual Yenti dengan harga Rp 10 ribu.
Ia menambahkan, yang membeli dagangannya tidam hanya anak-anak bahkan orang dewasa.
“Mulai anak-anak hingga dewasa merata yang beli, bahkan anak dua tahun pun maunya beli lato-lato, bukan mainan lain,” ujarnya.
Meskipun demikian, satu bulan berlalu semenjak ia menjual lato-lato semenjak pertengahan Desember 2022, penjualan lato-lato jauh menurun.
“Kini penjualannya sudah turun sekali, kemaren saja saya hanya terjual dua buah yaitu saat siang dan sore. Hari ini saja hingga sekarang belum ada yang terjual satupun,” ungkapnya.
Menurutnya, waktu yang paling banyak mainan terjual adalah saat pengunjung taman ramai, saat malam minggu.
“Sekarang saat pengunjung lengang, pembelipun kurang. Apalagi abis hujan seperti ini,” terangnya.
Hal ini, menurut Yenti sudah biasa terjadi saat menjual mainan hanya musiman.
“Musiman seperti ini kalau sedang musim omset bisa tinggi namun dikala semua orang sudah punya, tentu penjualan akan berkurang dan bahkan kedepannya bisa tidak laku,” tandasnya.
“Sekarang saja sudah dua minggu saya tidak nambah stok lato-lato karena memang belum habis. Tak seperti dulu yang saya tambah terus dikala peminat tinggi,” imbuhnya.
Meskipun demikian, saat lato-lato kini kurang bergairah, ia masih menaruh harapan pada mainan lain yang digandrungi anak-anak.
“Mau gimana lagi, tapi Alhamdulillah mainan lain bisa laku masih diminati anak-anak. Bersyukur saja,” pungkasnya.