Pedagang mainan lato-lato di Kabupaten Bandung Barat (KBB) tak terpengaruh terkait adanya kebijakan larangan membawa lato-lato ke sekolah. Para pembeli dari kalangan anak-anak usia siswa SD tetap tinggi.
Sejak viral akhir tahun 2022, permintaan pasar mainan lato-lato terus menanjak hingga awal tahun 2023. Kondisi ini ditengarai lantaran para siswa masih menjalani libur sekolah.
“Alhamdulillah bayak yang beli, gak ada habisnya. Terutama anak-anak usia SD. Jadi gak pengaruh oleh larangan bawa ke sekolah, mungkin karena sekarang siswanya masih libur,” kata Rian pedang lato-lato di Pasar Rajamandala, Jumat 6 Januari 2023.
Rian menerangkan dalam sehari bisa menjual 20-30 lato-lato dengan harga Rp10-15 ribu. Jumlah ini bisa lebih besar apabila jadwal pasar yakni Senin, Rabu, dan Jumat. Karena pembeli bukan saja dari anak-anak, melainkan dari penjualan eceran di warung kelontong.
“Mudah-mudahan terus tinggi pembelinya gak cuma musiman saja,” jelasnya.
Yayat (57), pedagang lainnya di Pasar Padalarang mengatakan bisa bisa menjual 40 lato-lato dalam sehari. Karena besarnya permintaan, Yayat memperbanyak belanja lato-lato kurun sejak 3 bulan terakhir.
“Sudah satu bulan belum belanja mainan yang lain, sekarang lagi rame sama lato-lato, jadi belanjanya itu saja,” imbuhnya.
Selain membawa berkah bagi pedagang, lato-lato disambut positif oleh sebagian orangtua lantaran bisa meredam kecanduan bermain gawai bagi anak-anak.
“Sekarang kan banyak yah anak yang gak bisa lepas dari gadgetnya, bagus sih ada mainan lato-lato bisa alihkan kecanduan main hape dari anak-anak,” ucap Riska (37), orangtua di Padalarang.
Meski begitu, Riska juga mengatakan, permainan tersebut tetap perlu dalam pengawasan orangtua untuk menghindari potensi kecelakaan.
“Sebenarnya sama kaya HP, tetep harus ada pengawasan orangtua,” tutur Riska.***