TAK TEK TAK TEK TAK TEK. Begitu bunyi mainan yang dikasih nama lato-lato. Permainan yang mempertemukan dua bandulan berbentuk bola dan berwarna-warni itu terbuat dari plastik polimer. Dua bandulan tersebut disambungkan dengan tali, dan jika dibenturkan akan menghasilkan suara yang renyah tadi.
Dulu dolanan ini sebenarnya sudah banyak dimiliki dan dimainkan oleh anak-anak pada zamannya. Era 1960-1970-an. Kini mainan yang diklaim berasal dari Amerika dan Eropa itu marak lagi, akhir-akhir ini kembali viral dan mewabah di Tanah Air.
Tidak hanya dimainkan oleh anak-anak. Namun juga oleh para orang tua, yang ingin mencoba kembali mainan di zaman mereka kecil. Nostalgia.
Saat ini, di manapun berada pasti melihat anak-anak membawa lato-lato. Hampir semuanya memiliki mainan murah meriah dan awet tersebut. Di pasaran, harga lato-lato dijual di kisaran harga Rp. 10 ribu. Pasti ada yang kurang dari itu, tapi ada juga yang lebih mahal.
Jika ditelisik ke belakang, diera 1960-an lato-lato sempat menimbulkan kegaduhan. Tidak hanya karena suaranya yang berisik, namun mainan ini juga kerap kali membahayakan pemainnya. Pasalnya, dolanan ini dulunya terbuat dari kaca dan jika pecah bisa melukai pemainnya.
Tidak hanya luka yang ditimbulkan tidak hanya sekadar benjol saja, tetapi lato-lato juga bisa pecah menjadi serpihan tajam ketika dimainkan.
Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, lato-lato tidak lagi menggunakan bahan dasar kaca, tetapi diganti menggunakan plastik. Ini pun ternyata mudah pecah bila digunakan secara terus menerus dan dengan ayunan yang kencang.
Cara memainkan lato-lato memang sangat sederhana. Terlihat mudah, namun sebenarnya butuh latihan yang intens juga. Sebab untuk mendapatkan suara yang renyah dan terus-menerus butuh perjuangan dan tidak jarang membentur-bentur tangan.
Terlepas dari itu, ada beberapa sisi positif dari permainan Lato-lato. Salah satunya adalah melatih kesabaran dan mengontrol emosi.
Berikutnya, bermain lato-lato juga bisa melatih kemampuan motorik, meningkatkan kepercayaan diri dan yang tidak kalah penting adalah mengurangi anak bermain gadget.(*)