SAAT INI, permainan lato lato menjadi sebuah permainan yang begitu diminati oleh anak-anak. Tak hanya anak-anak, kaum remaja, orang dewasa, bahkan orang yang sudah berusia lanjut pun menyukai permainan ini. Hal ini saya buktikan ketika melihat video pendek yang diunggah oleh orang-orang di media sosial. Dari sebuah video berdurasi pendek, saya menyaksikan seorang ibu begitu piawai memainkan lato lato.
Sebenarnya, permainan lato lato yang bisa dibeli dengan harga murah meriah tersebut berasal dari mana? Apakah berasal dari Indonesia atau negara lain? Untuk menjawab pertanyaan ini, tentu tidak asal-asalan. Kita harus berusaha mencari referensi yang tepercaya. Saya pun berusaha mencari sumber yang sekiranya dapat dipertanggungjawabkan.
Mengutip keterangan Miyarsih (Haluan.com, 27/12/2022) bahwa sebenarnya permainan lato lato sendiri sudah ada sejak lama, generasi yang lahir tahun 1960-an ke atas diketahui sudah sering memainkan permainan itu. Lato-lato merupakan permainan tradisional berupa 2 bola kecil dengan tekstur keras yang diikat mengunakan tali.
Cara memainkannya pun cukup mudah yakni dengan membenturkan kedua bola menggunakan satu telapak tangan dengan gerakan naik-turun mengeluarkan bunyi yang cukup nyaring.
Sementara itu, Luqman Sulistiyawan (Kompas.com, 9/1/2023) melansir keterangan dari Quartz, permainan lato lato berasal dari Amerika Serikat. Di negara asalnya pemain tersebut bernama clackers, click-clacks, atau knockers. Pada awal ’70-an, ratusan pembuat mainan telah menjual jutaan clackers di seluruh dunia.
Selanjutnya, yang menjadi persoalan di tengah masyarakat adalah bila permainan sederhana itu dimainkan secara berlebihan. Salah satu dampak buruk yang ditimbulkannya adalah mengganggu kenyamanan orang lain. Saya sendiri adalah orang yang merasa terganggu dengan suara ‘tek-tek-tek’ yang dimainkan oleh tetangga secara terus-menerus. Bunyinya begitu bising dan bikin saya kesal, hehehe.
Awalnya, suara yang bersumber dari lato lato saya anggap biasa saja. Namun karena terlalu lama dimainkan, maka suaranya akan terasa begitu bising di telinga. Saya rasa, orang-orang yang terlalu lama mendengar suara lato-lato juga akan merasa terganggu.
Terlebih bagi mereka yang sedang menderita sakit, atau ibu-ibu yang sedang menidurkan bayinya, atau orang-orang yang sedang rehat setelah seharian bekerja, tentu akan merasa terganggu dengan kebisingan permainan lato-lato yang dimainkan oleh orang-orang di dekat rumahnya.
Tak hanya mengganggu kenyamanan orang-orang, ternyata permainan lato lato juga memberikan dampak yang berbahaya bagi orang yang memainkannya. Melansir keterangan Bunga Semesta (idntimes.com, 13/1/2023) kasus mengenai permainan lato-lato yang membahayakan ini pernah terjadi kepada anak laki-laki di Kubu Raya, Kalimantan Barat pada Selasa (27/12/2022). Anak laki-laki berinisial AN terluka pada bagian mata akibat terkena serpihan pecahan bola lato lato.
Akibat kejadian tersebut, AN dirujuk ke RSUD SoedarsoPontianak. Saat diperiksa, AN tidak bisa membuka mata sebelah kanan. Ia mendapatkan penanganan medis berupa operasi mata. Kondisi AN berangsur membaik, walaupun penglihatan sebelah kanannya masih terganggu.
Selain dapat menimbulkan dampak buruk dari segi fisik, permainan lato latojuga bisa menimbulkan dampak buruk dari segi psikis atau kejiwaan.
Menurut pandangan saya, anak yang terlalu berlebihan bermain lato-lato akan mengalami kecanduan sehingga ia merasa malas untuk melakukan beragam aktivitas, misalnya malas belajar, malas ketika disuruh membantu pekerjaan rumah oleh orangtuanya, dan yang paling parah adalah ketika anak tersebut malas disuruh melakukan ibadah shalat lima waktu.
Oleh karenanya, bagi para orangtua, alangkah lebih baiknya untuk selalu mengontrol dan mengawasi anak-anaknya dalam bermain lato lato. Berikan edukasi pada mereka terkait dampak buruk lato lato bila dimainkan secara berlebihan. Jangan sampai anak menjadi bandel dan nakal akibat terlalu sering bermain lato lato.
Apakah permainan lato lato selalu memberikan dampak buruk? Pertanyaan ini mungkin saja hadir di benak sebagian orang. Jawabannya: tentu tidak. Bila kita teliti, permainan ini juga memiliki sisi atau dampak yang positif. Misalnya, melatih konsentrasi dan ketangkasan, sebagai sarana hiburan yang murah bagi siapa saja, dan sebagainya.
Yang terpenting jangan sampai berlebihan dalam memainkannya dan berusaha hati-hati agar tidak mencelakai diri sendiri, sebagaimana yang terjadi pada seorang anak berinisal AN (sebagaimana telah diungkapkan di atas) yang matanya terkena serpihan pecahan lato lato.
Satu lagi, permainan lato-lato juga menyimpan hikmah atau pelajaran berharga bagi kita. Hikmah seperti apa kira-kira? Jadi begini, benturan kedua bola tersebut mengajarkan kita agar jangan mudah diadu domba oleh orang lain.
Ada ungkapan menarik yang pernah saya baca di salah satu status Facebook (15/1/2023) milik KH Ahmad Mustofa Bisri atau akrab dipanggil Gus Mus. Beliau menulis begini: #FatwaAhad: Jika bukan mainan, jangan mau dibentur-benturkan.
Sebuah ungkapan yang menurut pandangan saya sangat bijak dan begitu mengena di hati. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa dalam menjalani kehidupan di dunia ini, kita akan berhadapan dengan orang-orang yang mungkin tak menyukai bahkan membenci kita. Namun, jangan sampai kita menyikapinya dengan hal serupa yakni kebencian atau keributan.
Jangan sampai kita begitu mudah dipermainkan oleh orang lain, atau dengan bahasa lain “jangan mau dibentur-benturkan” sebagaimana diungkapkan oleh Gus Mus dalam status Facebook tersebut. Semoga tulisan singkat dan sederhana ini ada manfaatnya. Wallahu a’lam bish-shawaab.